Kamis, 30 Mei 2013

riwayat sidarta Gautama

A.    Riwayat Siddharta Gautama
1.      Kehidupan Sang Buddha
Saat bulan purnama pada bulan Mei tahun 623 SM di Taman Lumbini, Kapilavatu (Nepal) lahir lah pangeran keturunann dari raja Suddhodana dan Maha Pajapati Gotami . namun ibu nya wafat setelah tujuh hari kelahirannya.ratu Maha Maya adalah ibu tiri nya. Rakyat sangat gembira atas kedatangannya, begitu juga dengan Asita, Kaladevala. Pangeran ini diberi nama Siddharta Gotama.
Saat ada perayaan membajak sawah, pangeran siddharta ikut menghadiri, namun ketika ia di tinggalkan oleh pelayan-pelayannya untuk melihat perayaan beliau melakukan tapa (bertapa) dibawah pohon jambu. Orang-orang tercengang melihat itu, termasuk ayahnya.
Saat usia 16 tahun pangeran menikah dengan sepupunya, Yasodhara. Setelah 13 tahun menikah, ia meninggalkan kehidupannya yang serba mewah, karena ia merasa di tengah kesenangan dan kemakmuran, beliau menyadari adanya penderitaan.
Dalam usia 29 tahun, pangeran Siddharta melaksanakan perjalanan bersejarah. Ia pergi menyebrangi sungai Anoma dan mencukur rambut, dan melepaskan semua perhiasannya, dan di berikan kepada Channa (yang menemani perjalanannya) karena ia akan pergi bertapa.
Saat menggembara ia bertemu dengan Alara Kalama (seorang pertapa terkenal). Lalu Siddharta meminta Kamala untuk menjadi guru spiritualnya, dan mengajarkan spritualitas kepadanya. Setelah mencapai kebenaran tertinggi Siddharta meninggalkan Kamala, dan mencara guru spirituallain, karena ia merasa telah dapat mencapai apa yang dicapai gurunya, Kamala.
Kali ini ua bertemu dengan Uddaka Ramaputta dan menyatakan keinginannya untuk menjadi muridnya. Dalam waktu yang singkat, Siddharta dapat mencapai tingkat tertinggi pemusatan pikiran, alam yang bukan persepsi ataupun tidak bukan persepsi (‘N’eva Sanna N’asannayatana). Ia tetap merasa bahwa yang ia cari, kesunyatan tertinggi belum tercapai. Ia mencari cita-cita tertinggi, yaitu Nibbana. Ia menyadari bahwa cita-cita spiritualnya (kesunyataan tertinggi) harus ditemukan dalam diri sendiri, serta berhenti mencari bantuan dari luar.
Setelah itu ia berpindah ke hutan belukarditepi sungai, di daerah Uruvela. Ia memutuskan untuk bermeditasi disana.  Mendengar kabar Siddharta bertapa disana, Kondanna bersama dengan empat temannya (Bhaddiya, Vappa, Mahanama, Assaji) bergabung dengannya, dan menjadi murid Siddharta.
Siddharta sering mengubah-ubah cara untuk memusnahkan pikiran-pikiran yang tidak baik. Dari merapatkan gigi dan menekan lidah pada langit-langit, berubah untuk bermeditasitanpa bernapas, dan berubah lagi menjadi pantang makan, dan makan sedikit demi sedikit.[1]
Pada suatu malam, Siddharta pingsan, dan ditolong oleh muridnya. Ia sadar bahwa cara-cara yang digunakannya (tidak makan) membawa ke pembebasan dan penderitaan pada kebahagiaan sejati. Maka cara itu ditinggalkan, dan ia hidup dengan makan, minum, dan tidur pada waktu-waktu tertentu. Cara-cara baru itu membuatnya ditinggalkan murid-muridnya. Sejak saat itu, ia melatih dirinya untuk menguasai keinginan terhadap kenikamata dan rangsangan indera, disamping mengembangkan kekuatan batin.[2]
2.      Sang Buddha mendapat penerangan tertinggi
Pada suatu malam dibawah pohon Bodhi, ia melakukan meditasi dengan kesadaran yang dipusatkan pada pernapasan. Setelah itu Siddharta mendapatkan pengetahuan tertinggi, yaitu:
a.       Pengetahuan tentang kehidupan dan proses kelahiran yang terdahulu, atau pengetahuan tentang kelahi8ran kembali (pubbenivasanussasti)
b.      Pengetahuan dari mata dewa atau mata batin (dibacakku)
c.       Pengetahuan bahwa timbul dan lenyapnya bentuk-bentuk dari berbagai macam kehidupan, yang baik maupun ayang buruk, tergantung dari perbuatan masing-masing (cuti upapatana)
d.      Pengetahuan tentang padamnay semua kecenderungan (asvakha yanana) dan menghilangkan ketidak-tahuan (avidya).
Dengan pengetahuannya tersebut, ia dapat menjawab teka-teki nya selama ini (tercantum dalam kesunyatan): penderitaan, sumber penderitaan, lenyapnya penderitaan, delapan jalan utama yang menuju lenyapnya penderitaan. Dengan tercapainya penerangan tersebut ia mendapatka penerangan sejati, dan menjadi Buddha pada usia 35 tahun. Dengan begitu, ia terus melakukan perenungan secara lebih dalam. Ia terus duduk di bawah pohon bodhi. Selanjutnya ia menetap selama 7 minggu di sana, dan berpindah 7 kali. Pada hari terakhir, ia diberi makanan oleh Tapussa dan Bhalluka dan memohon menjadi muridnya. Dan mereka menjadi pengikutnay yang pertama.[3]
3.      Sang Buddha mengajarkan Dharma
Setelah ia berdiam, maka timbullah pikiran untuk mengajarkan darma yang didapatnya, dengan tujuan untuk menyelamatkan dunia. Lalu ia mengajarkan darma nya itu kepada ke lima bekas muridnya. Maka diajarkannya lah empat kesunyataan mulia yang diperolehnya itu kepada mereka.
Peristiwa tersebut mempunyai arti yang sangatv penting bagi umat Buddha, disebut dengan dharma cakra pravartana sutra atau pemutaran roda dharma, yang selalu diperingati setiap tahun. Setelah itu, ia mengajarkan pemutaran roda dharma tersebut ke seluruh India, di mulai dari Rajagraha. Selama 45 tahun ia berdakwah, anggota Sangha meningkat hingga ribuan, dan memerlukan wihara-wihara yang lebih banyak.
Pada usia 80 tahun, ia wafat di Kusiwara.[4]        
     B.     Pengertian Buddha, Dharma, Triratna
Buddha
Berasal dari bahasa Sansekerta budh berarti menjadi sadar,
kesadaraan sepenuhnya; bijaksana, dikenal, diketahui, mengamati,
mematuhi. (Arthur Antony Macdonell, Practical Sanskrit Dictionary,
Oxford University Press, London, 1965).
Tegasnya, Buddha berarti seorang yang telah mencapai Penerangan atau
Pencerahan Sempurna dan Sadar akan Kebenaran Kosmos serta Alam
Semesta. "Hyang Buddha" adalah seorang yang telah mencapai Penerangan
Luhur, cakap dan bijak menuaikan karya-karya kebijakan dan memperoleh
Kebijaksanaan Kebenaraan mengenai Nirvana serta mengumumkan doktrin
sejati tentang kebebasan atau keselamatan kepada dunia semesta sebelum parinirvana.
Hyang Buddha yang berdasarkan Sejarah bernama Shakyamuni pendiri
Agama buddha. Hyang Buddha yang berdasarkan waktu kosmik 1) ada
banyak sekali dimulai dari Dipankara Buddha.[5]

Dharma
Hukum Kebenaran, Agama, hal, hal-hal apa saja yang berhubungan dengan
ajaran agama Buddha sebagai agama yang sempurna.
Dharma mengandung 4 (empat) makna utama :
1. Doktrin
2. Hak, keadilan, kebenaran
3. Kondisi
4. Barang yang kelihatan atau phenomena.
Buddha Dharma adalah suatu ajaran yang menguraikan hakekat kehidupan
berdasarkan Pandangan Terang yang dapat membebaskan manusia dari
kesesatan atau kegelapan batin dan penderitaan disebabkan
ketidakpuasan. Buddha Dharma meliputi unsur-unsur agama, kebaktian,
filosofi, psikologi, falsafah, kebatinan, metafisika, tata susila,
etika, dan sebagainya.[6]

Triatna
Seorang telah menjadi umat Buddha bila ia menerima dan mengucapkan
Tri Ratna (Skt) atau Tiga Mustika (Ind) yang berarti Buddha, Dharma,
Sangha. Pada Saat sembahyang atau kebaktian di depan altar Hyang
Buddha. Tri Ratna secara lengkap diucapkan dengan tenang dan khusuk
sampai tiga kali atau disebut Trisarana. Trisarana adalah sebagai
berikut:
Bahasa sansekerta:
Buddhang Saranang Gacchami
Dharmang Saranang Gacchami
Sanghang Saranang Gacchami
Dwipanang Buddhang Saranang Gacchami
Dwipanang Dharmang Saranang Gacchami
Dwipanang Sanghang Saranang Gacchami
Tripanang Buddhang Saranang Gacchami
Tripanang Dharmang Saranang Gacchami
Tripanang Dharmang Saranang Gacchami
Lalu, apa itu Sangha?
Sangha adalah Persaudaraan para bhiksu, bhiksuni (pada waktu permulaan terbentuk).
Kemudian, ketika agama Buddha Mahayana berkembang para anggotanya
selain para bhiksu, bhiksuni, dan juga para umat awam yang telah
upasaka dan upasika dengan bertekad pada kenyataan tidak-tanduknya
untuk menjadi seorang Bodhisattva, menerima dan mempraktekkan
Pancasila Buddhis ataukah Bodhisattva Sila.

Bhiksu (sebutan untuk lelaki) dan bhiksuni (sebutan untuk perempuan)
adalah seseorang yang kehidupanya sudah tidak lagi mencampuri urusan
duniawi, telah menjalankan kehidupan suci, dan patuh serta setia
menghayati dan mengamalkan Buddha Dharma.[7]

    C.     Pengertian Saddha dan Panca Saddha
Saddha
Saddha atau Sradha mempunyai arti kata Keyakinan. Keyakinan disini bukan berarti kepercayaan yang membabi buta atau asal percaya saja, akan tetapi suatu "Keyakinan yang didasarkan pada pengertian yang muncul karena bertanya dan menyelidiki" ( Vimamsaka Sutta, MN) 

Keyakinan itu muncul karena pengertian, maka keyakinan umat Buddha pada sesuatu yang diyakini adalah tidak sama kualitasnya. Tidak ada pengertian yang sama dari orang yang berbeda-beda, akibatnya kualitas keyakinan setiap individu berbeda. Contohnya : Walaupun sama-sama siswa SMA beragama Buddha, namun karena pengetahuan dan pengertian seorang siswa tentang agama Buddha tidak sama dengan temannya, maka hal ini mengakibatkan kualitas keyakinan mereka berbeda.

Sumber keyakinan umat Buddha adalah dari Ajaran-ajaran Buddha Gotama yang tercantum didalam Kitab Tipitaka, antara lain yaitu :

1. Ketuhanan yang Maha Esa 
2. Tiratana atau Triratna
3. Dewa
4. Bodhisatta atau Bodhisattva
5. Arahat atau Arhat
6. Buddha[8]
Panca saddha
1.      Keyakinan terhadap Adhi Buddha
AdiBuddha adalah salah satu sebutan untuk Tuhan Yang Maha Esa dalam agama Buddha. Sebutan ini berasal dari tradisi Aisvarika dalam aliran Mahayana di Nepal, yang menyebar lewat Benggala, hingga dikenal pula di Jawa. Sedangkan Aisvarika adalah sebutan bagi para penganut paham ketuhanan dalam agama Budha. Kata ini berasal dari ‘Isvara’ yang berarti ‘Tuhan’ atau ‘Maha Buddha’ atau ’Yang Mahakuasa’, dan ‘ika’ yang berarti ‘penganut’ atau ‘pengikut’.
2.      Keyakinan terhadap para Buddha, Bodhisatva, dan Arahat
Boddhisattva adalah calon Buddha atau seorang yang bercita-cita dan bertekad untuk menjadi Buddha, dengan menyempurnakan paramita.
Arahat adalah seorang pemeluk agama Buddha yang telah terbebas belenggu tanha (hawa nafsu), dengan jalan mencapai penerangan sempurna. Juga disebut siswa Sang Buddha, karena ketekunan dan keyakinannya melaksanakan ajaran sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari, berlatih dalam sila, samadhi dan panna, sehingga dapat mengatasi serta melenyapkan semua kekotoran batin dan mencapai tingkat kesucian tertinggi.[9]



[1] Mahatera, Bhante Narada, Sang Buddha dan Ajaran-ajarannya, (Jakarta: Yayasan Dhammadipa Arama), jil. I, 1973, h. 1-20
[2] Ali, Mukti, Agama-Agama Di Dunia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press), cet. l, 1988, h. 108-109
[3] Ali, Mukti, Agama-Agama Di Dunia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press), h. 109-110
[4] Ali, Mukti, Agama-Agama Di Dunia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press), h. 111-112
[5] Dhamma Citta, Pengertian Dasar Buddha Dharma, diakses pada 20 maret 2013, dari http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=1181.0
[6] Dhamma Citta, Pengertian Dasar Buddha Dharma, diakses pada 20 maret 2013, dari http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=1181.0
[7] Dhamma Citta, Pengertian Dasar Buddha Dharma, diakses pada 20 maret 2013, dari http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=1181.0
[8] Vajra Mudra, Saddha, diakses pada 20 maret 2013, dari http://www.wihara.com/forum/ruang-dharma/4834-pbd-bab-iii-saddha-keyakinan.html
[9] Buddhaism for breakfast, Buddha Dharma, diakses pada 20 maret 2013, dari http://buddhaismforbreakfast.edublogs.org/2012/05/23/buddha-dharma/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar